Sabtu, 27 Desember 2014

Tantangan Hidup

Jadi salah satu live wallpaper bawaan sebuah brand handphone, Dandelion, tumbuhan yang tangkainya tipis ini biasanya punya bunga yang berarna kuning atau putih berbentuk gumpalan mirip kapas bulat yang juga adalah biji-bijinya. Bunga yang juga biji ringan ini kemudian sering digambarkan beterbangan ke mana-mana. Saking ringannya, ia seperti menari ketika dibawa angin. Ke mana lalu perginya? Terserah si angin! Tapi yang jelas, tumbuhan ini bisa hidup di mana-mana. Bahkan pernah ada kasus Dandelion ini tumbuh di dalam telinga seorang anak kecil!
Bunga Dandelion emang nggak seindah bunga mawar, enggak seharum bunga melati, dan juga enggak semahal bunga anggrek. Ia justru kelihatan rapuh. Tapi nggak seperti mawar,melati, atau anggrek yang takut angin, Dandelion justru suka sama angin. Sebab lewat kekuatan angin yang menerbangkan dan membantingnya ke tanah itulah, ia pada akhirnya bisa bertumbuh.
Ada kalanya kita nggak bisa memilih akan ada di mana kita. Layaknya angin, kuasa kehidupan (entah itu bencana, tuntutan hidup, keadaan keluarga) bisa aja membawa kita ke mana pun ia mau. Ke tempat-tempat dan keadaan-keadaan yang sama sekali nggak kita harapkan. Tapi belajar dari Dandelion, bawa serta 'benih' kita ke mana pun angin kehidupan membawa kita, sehingga kita tetap bisa bertumbuh dan memberi dampak.
SpiritGirls Oktober2014

Terlalu Nyaman

Siapa sih yang nggak pengen hidupnya merasa nyaman? Bukankah keadaan seperti ini yang umumnya kita kejar? Kalo punya rumah pengennya rumah yang nyaman; kalo mau naik angkutan selalu cari yang nyaman; cari tempat perawatan kulit dan wajah, cari yang nyaman; sekolah yang nyaman; pengen dapet pacar yang bisa ngasih rasa nyaman.
Biasanya kita tuh berpikir kalo hal-hal yang nyaman bisa bikin kita bahagia. Tapi jangan salah, terjebak rasa nyaman tuh nggak selamanya baik. Kita bisa jadi nggak lagi mikirin tujuan ke depan, rencana hari esok, atau meningkatkan kemampuan diri.
Ya, rasa nyaman emang harus disyukuri, tapi di sisi lain kita juga harus waspada akan bahayanya. Rasa ini bikin kita kehilangan daya dorong untuk diri sendiri, menghilangkan kemampuan untuk bisa ngeliat tantangan baru, serta membutakan mata kita untuk ngelihat hal yang paling penting.


SpiritGirls Oktober2014

Jumat, 26 Desember 2014

Hidup Karena Luka


Suatu hari di musim salju yang amat dingin, sekelompok landak tinggal secara berkelompok dalam sebuah gua untuk mencari kehangatan. Para landak tersebut saling mendekatkan diri, tapi saat mereka berdekatan rupanya duri mereka saling melukai. Setelah beberapa saat, para landak memutuskan untuk menjaga jarak karena terluka oleh duri tersebut. Akhirnya mereka harus merasa kedinginan yang teramat sanagt dan bahkan hampir mati. Mereka pun bimbang, terluka karena duri atau mati karena dingin. Akhirnya dengan bijaksana mereka memutuskan untuk berkumpul dan berdekatan kembali. Mereka pun belajar untuk hidup dengan luka-luka kecil karena duri agar dapat merasa hangat. Cara ini yang membuat mereka selamt dan bisa berthan hidup.
Siapa sih yang pengen hidup sama orang-orang yang nggak sejalan atau sepaham sama kita? Jujur, punya teman yang biki luka di hati tuh nggak enak banget. Yang ada cuna kecewa dan sakit hati. Kalo bisa dilukiskan tuh  ibarat besi ketemu besi yang terus aja terjadi gesekan. Tapi kalo direnungin, apakah kita bisa menghindar dari orang-orang yang punya temperamen yang nggak sesuai sama temperamen kita? Nggak kan? Kenyataannya di mana pun kita berada, selalu aja Tuhan 'mempertemukan' kita sama teman-teman yang demikian. Akibatnya nggak jarang kita mesti menahan rasa sakit akibat gesekan. Tapi, Tuhan justru nemuin kebaikan dari gesekan-gesekan yang bikin luka itu. Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Keindahan justru muncul dari gesekan-gesekan itu, sifat dan karakter makin terbentuk sesuai sama yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.
Hubungan yang sempurna yang dijalin dalam sebuah kehidupan inu adalah sebuah hubungan di mana semua individu belajar hidup dengan ketidaksempurnaan orang lain, serta mampu untuk menerima dan menghormati kehangatan yang diberikan oleh orang terdekat. Inilah yang akan membuat hidup terasa lebih bermakna dan membuat setiap manusia akan bisa bertahan hidup dalam situasi dan juga lingkungan yang ekstrim.


SpiritGirls Oktober2014

Saingan Nggak Penting

Kebanyakan cerita sinetron Indonesia tuh rada lebay. Salah satu yang bikin lebay adalah karakter tokoh-tokoh cewenya, mau yang ibu-ibu atau masih ABG sama saja. Biasanya cuma satu dua yang baik, sisanya licik banget! Kelicikan itu ditunjukan dalam bentuk persaingan.
Di sinetron remaja, misalnya, persaingannya pasti sekitar cowo, penampilan fisik (padahal pake seragam aja loh!), terus ortu kaya. Gak jauh-jauh dari situ deh.  Saingan prestasi cumqn sekadar bumbu. Tokoh cewe baiknya pasti dibully abis-abisan sama cewe-cewe jahat yang bakal ngelakuin apa aja buat ngalahin saingannya, sampai ngelakuin hal-hal yang nggak masuk akal. Seolah-olah kerjaannya seharian cuman mikirin gimana caranya ngejatuhin saingannya itu. Plis deh! Sedangkan di dunia nyata banyak kok cewe-cewe yang bersaing untuk hal yang lebih penting.
Kita mesti udah harus ninggalin persaingan-persaingan yang nggak ngebawa kebaikan apapun. Saingan penampilan? Kalo mau jadi model sih emang diperluin, tapi kalo sehari-hari buat apa sih? Apa nggak cape tiap hari mesti ngintipin penampilan saingan kita, terus harus ngeluarin segala daya upaya plus biaya cuma buat 'keep up' sama dia? Duh, rugi banget! Rugi waktu, rugi tenaga, pokoknya rugi banget. Sama halnya juga dengan saingan gadget, nggak akan ada habisnya.
Kita perlu bersaing, tapi buat alasan yang benar dan tujuan yang jelas. Supaya kita bisa pakai energi dan waktu kita buat ngerjain hal-hal yang lebih penting. Masa muda itu singkat, so jangan cuma dihabisin buat persaingan yang nggak jelas. Rugi. Ada terlalu banyak hal yang jauh lebih penting.
SpiritGirls Oktober2014

Rabu, 10 Desember 2014

Selamat Datang Hujan

   Ah, hujan yah? Hujan pertama setelah ribuan keluhan karena kemarau yang panjang. Hujan yang dielu-elukan kedatangnnya oleh jiwa-jiwa yang kering karena kemarau. Bau tanah yang basah, oh, seperti menghirup aroma surga.
   Ini...seperti dirimu, bukan?
   Aku masih ingat bagaimana kau menawarkan cinta seperti hujan yang membawa kesejukan setelah kemarau panjang. Kau datang saat aku muak dengan musim itu. Panas, menyengat, kering, menyiksa. Dengan mantap, kuucapkan selamat tinggal pada kemarau dan berlari menyambut hujan. Aku menari-nari dalam belaian hujan yang lembut dan sejuk. Rasanya seperti ingin selamanya berada dalam kedamaian ini.
   Tapi semuanya tidak bertahan lama. Ada masa ketika akhirnya hujan dicaci-maki. Ketika hujan turun secara berlebihan hingga tak cukup tempat untuk menampungnya. Ketika tak ada lagi yang memuji bau tanah yang basah karena hujan. Semuanya menjadi lumpur. Becek. Dan kehadiran mentari diinginkan kembali.
   Aku pun merasakannya. Saat cintamu terasa berlebihan dan aku tahu hujan ini pun tak lebih baik dari kemarau yang kutinggalkan. Ketika aku sadar, bahwa menari dalam hujan akan membuat dingin menusuk hingga ke tulang. Juga saat aku mulai kesal karna hujan menahan langkahku yang biasanya bebas.
   Aku mulai mengingat-ingat bahwa di balik panasnya sengatan sang surya di musim kemarau, ada hal yang tak bisa diberikan musim hujan, cahaya yang terang. Ya, aku merindukan cahaya itu. Aku bosan dengan mendung ini. Aku juga ingin berjalan bebas di luar sana tanpa harus takut basah dan kedinginan. Aku ingin musim kemarau kembali.
   Tapi bukankah dulu aku mengeluh karenanya? Ah, manusia memang tak pernah puas. Mungkin seharusnya aku sadar setiap musim punya ceritanya sendiri. Seharusnya aku menikmati setiap musim yang mungkin akan kurindukan jika telah berlalu.
   Musim yang baru dimulai hari ini. Selamat datang, hujan.


Oleh: ayufirmeika
Kawanku No. 191/2014

Selasa, 02 Desember 2014

The 2nd of December

Today, 2nd of December
Tak terasa saat ini sudah memasuki bulan Desember, dimana this month is the last of this year, yang artinya sedikit lagi udah memasuki tahun 2015...
Hmm, waktu terasa sangat cepat, seakan-akan baru kemarin merayakan natal 2013 dan tahun baru 2014
Natal pun tinggal hitungan hari, dan tahun baru pun seakan lagi menanti di penghujung Desember
Semuanya berjalan cepat,
Ataukah kita semua yang terlalu sibuk dengan dunia kita?
Saya sendiri pun mengakui bahwa saya sibuk dengan aktivitas saya,
Saya menyadari pula semakin bertambah umur senakin kita disibukkan dengan rutinitas setiap hari,
Masih teringat dalam benak saya, waktu kecil natal dan tahun baru adalah hal yang saya nantikan, bukan berarti saat ini saya tidak menantikan akan tetapi ada perbedaan saat ini dan dulu,
Dulu ketika masih kecil, rutinitas saya hanya sekolah dan bermain tak ada hal lain ataupun masalah yang mengganjal pikiran saya,
Saat ini rutinitas saya adalah kuliah, dosen, tugas, Ujian, dan aktivitas serta banyaknya masalah dalam pikiran saya
Hal ini menjadi penanda, dulu saya merasa natal dan tahun baru sangat lama karena saya terlalu menanti, kesibukan saya hanya bermain dan sekolah, dan saat ini natal  dan tahun baru terasa sangat cepat karena kesibukan saya, sampai tidak menyadari waktu berjalan...
Terkadang, saya ingin memiliki 'time machine' dimana saya bisa menantikan dan menyambut natal serta tahun baru dengan rona bahagia, bermain bersama kawan sekompleks rumah, bahagia dengan baju maupun sepatu baru, makan kue tanpa gemuk, menikmati hujan yang turun apalagi saat pulang gereja, rasanya bahagia banget, ataupun hal-hal lain yang membuat masa kecil kita berharga...
Tapi, waktu adalah sesuatu yang terus berjalan tanpa pernah berhenti, hal itulah yang perlu kita perhatikan, kita harus menikmati setiap momen dalam hidup kita walaupun saat kita sedih ataupu  senang, semuanya akan membuat kita bahagia jika kita menikmatinya dengan bersyukur...